Jumat, 13 November 2015

Mengapa Saya Harus Menulis?


Mengapa Saya Harus Menulis?

Saya ulangi mengapa saya harus menulis? Jawabannya saya tidak tahu. Eh jangan protes dulu, itu jawaban saya pada masa kanak-kanak dulu. Disuruh menulis ya menulis aja, tidak ada yang suruh menulis ya bengong aja hehehe...

Sebelumnya saya ingin berterima kasih terlebih dahulu kepada orang tua yang telah membimbing dan mendampingi saya hingga 22 tahun ini. Udah tua ya? Suuuttt... jangan berisik dulu. Selanjutnya saya ingin berterima kasih kepada para guru saya yang telah mengajarkan saya membaca dan menulis. Sekarang ini saya sangat bersyukur bisa bertemu dan berteman dengan orang-orang yang hebat, orang-orang yang bisa membimbing saya menjadi orang hebat. Mudah-mudahan ketularan hebatnya. Orang-orang itu adalah Team KMO (Komunitas Menulis Online), terima kasih coach Tendi.

Mulai serius ya...

Bila Anda bukan anak raja, bukan anak ulama besar maka menulislah.

Ungkapan diatas mungkin sering kita dengar atau mungkin sebagian dari Anda baru mendengarnya, ungkapan diatas sederhana tapi maknanya sangat dalam, nanti bakalan saya bahas.
Saya menulis artikel ini bisa dibilang artikel pertama yang saya garap dengan serius, bukan berarti yang dulu-dulu saya tulis tidak serius tapi kali ini dengan motivasi yang beda dan mengubah.  Jujur, dulu saya menulis hanya sekedar ingin menulis saja, aktif menulis artikel di blog agar trafik naik dan mengunjung banyak, menulis diary karena ikut-ikutan tren, menulis puisi karena tugas dari sekolah dan lain-lain. Tapi sekarang, dimulai dari tulisan ini saya berikrar bukan hanya sekedar nulis tapi bener-bener ingin jadi seorang penulis. Katakan Amiin, mohon doanya temen-temen. Saya berkata seperti ini bukannya sombong saya hanya ingin memotivasi diri saya agar menjadi manusia yang berguna dan mengubah. Sekali lagi mohon doa dari temen-temen.

Sebenarnya menulis aja itu gampang karena dari SD sampai SMA kita sudah diajari menulis, tapi mengapa menulis menjadi susah, mengapa hanya sedikit siswa yang sadar untuk menjadi penulis? Itu karena sebagian dari kita tidak mengetahui alasanmenulis, termasuk saya.
Untuk menjadi seorang penulis, pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu adalah pertanyaan mengapa, setelah itu baru pertanyaan lain seperti apa dan bagaimana. Mengapa? Iya mengapa? Ayo jawab mengapa? Eh pertanyaanya kurang lengkap, mengapa harus menulis? Mengapa harus jadi Penulis?. Jawabannya singkat, pasti disitu ada jawaban ‘karena’. Hehehe bercanda. Ayo kembali serius.

Jawabanya berkaitan dengan motivasi diri. Niat. Yang pertama adalah niat. Pertanyakan niat Anda. Niat menulis tidak? Niat menjadi penulis tidak? Tahu alasan mengapa harus menulis tidak? Kalau jawabanya tidak mana mungkin saya membuang waktu saya di depan komputer untuk menulis artikel ini. Menggalih sedalam-dalamnya niat, kesadaran diri yang tinggi terhadap niatan tersebut bisa memberikan energi bagi kita untuk menulis, jadi menulis itu gamapang atau susah? Jawabanya pasti teman-teman sudah tahu.

Syarat menjadi Penulis itu ada tiga, yaitu menulis, menulis dan menulis” kata Kuntowijoyo.
Masih tidak ingin menulis? Baik kalau begitu. Artikel yang saya tulis ini semoga bisa  memberi gambaran dan motivasi baru bagi teman-teman yang baru berniat untuk menulis dan bisa menjadi  sesuatu yang lebih membakar semangat bagi teman-teman yang sudah terlebih dahulu terjun kedunia tulis menulis.

Nah mengapa kita harus menulis? Berikut adalah beberapa alasan yang saya temukan:

1.       Menulis itu jalan menuju kebahagiaan
2.       Menulis itu untuk menata pikiran
3.       Menulis itu berpotensi dikenal orang
4.       Menulis itu sebagai warisan
5.       Menulis itu menyehatkan
6.       Menulis itu meningkatkan pendapatan
7.       Menulis itu tradisi para ulama

Tujuh poin diatas akan saya jabarkan satu persatu nyimak ya...

1.       Menulis itu jalan menuju kebahagiaan.

Ada seorang pemudi yang mengatakan bahwa sukses itu perasaan bahagia. Bahagia ketika apa yang kita impikan bisa terwujud dan menjadi kenyataan. Bahagia jika orang yang disayang dan orang-orang disekitarnya bahagia. Pemuda itu adalah saya. Hehehe... Itu arti sukses bagi saya, apa arti sukses bagi Anda? Lanjut ya...

Siapa yang tidak mau hidup bahagia? Siapa yang tidak mau hidup bahagia dunia dan akhirat? Pasti semuanya ingin seperti itu. Tapi bagaimana caranya? Banyak. Banyak dan salah satu caranya lewat menulis.

Siapa yang tahu Asma Nadia?Emak ingin naik haji, Rumah tanpa jendela itu adalah beberapa karya beliau yang sukses dan sudah di filmkan wah selamat ya... Pasti seneng dong. Nah berarti emang udah terbukti bahwa lewat menulis bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan.
Saya punya ilustrasi, begini...

Bayangkan saya menulis artikel tentang bagaimana cara mengobati batuk dengan cepat, kemudian artikel itu saya upload lewat facebook, blog dan media sosial lainnya, kemudian ada seseorang yang membacanya dan mempraktikkan apa yang saya tulis dan dia memperoleh kondisi yang lebih baik. Dia senang karena kondisinya membaik, dia bisa bekerja lagi dan melakukan aktivitas seperti biasa. Rasanya ikut senang juga ya,  jika apa yang kita tulis bisa memberi manfaat bagi sesama, teman-teman setuju?

Bagi saya pribadi, tak pernah terpikir saya ingin jadi penulis, tapi detik ini, sudah bulat, sekali lagi saya katakan saya ingin jadi penulis. Titik. Jatah hidup didunia hanya sedikit jadi alangkah baiknya hidup didunia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Perlu upaya yang cerdas agar hidup yang singkat ini jadi bermakna.

2.       Menulis itu untuk menata pikiran.

Ada sebuah cerita yang ingin saya share kepada teman-teman. Ada seorang pemuda yang setiap hari pergi ke kantor, rela meninggalkan anak istri demi mencari nafkah, banting tulang berangkat pagi pulang pagi, begitu seterusnya tiap hari. Kadang dia merasa capek, jenuh tapi gimana lagi emang itu yang harus dilakukan agar keluarganya tercukupi. Dia memiliki seorang sahabat, sebut saja namanya Roy. Mereka saling berbagi cerita setiap saat, berbagi keceriaan dan berbagi kekesalan, dan lucunya mereka kalau lagi istirahat memilih untuk bernyayi bersama untuk menghibur diri lagunya adalah ‘ ku rela pergi pagi pulang pagi hanya untuk mengais rezeki...’ hehehe.. tidak lucu ya?

By the way, saya pernah bekerja di salah satu perusahaan ritail di Indonesia, kerja saya sebagai admin disana. Berangkat pagi pulang petang begitu rutinitas saya sehari-hari, kecuali kalau hari Minggu. Rutinitas yang seperti itu kadang membuat jenuh, kaku. Dan parahnya lagi rutinitas dapat membunuh kreatifitas. Sebaiknya kita tahu bahwa kreatifitas adalah pokok yang bisa membuat kita maju dan berkembang. Bagaimana jadinya jika kreatifitas kita dipatahkan, apa jadinya jika kreatifitas kita di tebas, di tumpas tak berbekas. Bagaimana negara ini bisa maju tanpa adanya kreatifitas? Apa jadinya negara ini tanpa orang yang kreatif dan solutif?

Saya bilang bahwa menulis adalah untuk menata pikiran, maksudnya begini pikiran yang simpang siur, ngelantur tak karuan daripada berseliweran gak jelas mending ditulis aja. Siapa tahu bisa jadi bahan ide. Selanjutnya, dengan menulis, pikiran kita jadi terarah, fokus dan tak gampang pelupa.
Ada beberapa metode dalam menulis yang saya kutip dari bukunya Hernowo,QuantumWriting, beliau menulis beberapa teknik baru menulis buku, teknik-teknik tersebut adalah:

·         Menulis-Mengalir dengan menggunakana metode peta pikiran
·         Menulis-Dinamis dengan menggunakan iringan musik
·         Menulis- Sinergis gaya quantumlearning
·         Menulis –Seperti gaya acceleratedlearning

Teknik-teknis diatas boleh aja bedah tapi tetep satu tujuannya yaitu menata pikiran. Teknik diatas tak seluruhnya saya mengerti, tapi yang penting adalah niat dan kemauan dalam memulai menulis itu yang paling penting. Mau pake gaya menulis apa saja boleh, gaya dinamis, realistis, melankolis apalah itu. Tak perlu dipikir terlalu jauh mending langsung action saja.

Lalu apa manfaat dari pikiran yang tertata bagi kita? Pikiran yang tertata membantu kita untuk berpikir rasional, berpikir kreatif, perlu sekali sebagai manusia untuk berpikir rasional yang kreatif, menggunakan akal sehat agar tidak ngawur bin ngelantur. Kita bisa menggunakan pikiran sebagaimana yang Allah kehendaki, berulang kali Allah menyeruhkan dalam Alquran agar kita para khalifah di bumi menggunakan akal untuk berpikir. Nah bagaimana Anda setuju jika menulis itu bisa menata pikiran? Harus setuju.

3.       Menulis itu berpotensi dikenal orang.

Anda tahu saya? Ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Vidi firanti, lahir di Malang 22 tahun yang lalu dan... dan... tak usah diteruskan kita langsung lanjut aja ya. Saya belum dikenal orang karena saya tak berusaha untuk dikenal orang. Bagaimana orang bisa mengenal saya kalau daya upaya untuk mengenalkan diri tak pernah dilakukan.Hal ini harus diubah, sayapun juga harus berubah, berubah menjadi satria baja hitam hehehe... Semakin banyak orang mengenal Anda semakin banyak sahabat yang mendukung kesuksesan Anda.

Salah satu ungkapan yang pernah saya baca, tapi saya lupa dimana saya membacanya, maklum orang sering lupa, maafkan ya, ungkapannya berbunyi seperti ini “Bacalah jika kamu ingin mengenal dunia, Menulislah jika kamu ingin dikenal dunia”. Kerenkan...

Raditya Dika, siapa Raditya Dika kalau dia bukan penulis kambing jantan. Siapa Dewi lestari (Dee) kalau dia bukan penulis novel supernova dan perahu kertas, siapa Ippho santosa jika dia bukan penulis buku mega bestseller7 keajaiban rezeki? Pasti Anda tak akan mengenal mereka jika mereka tak punya karya. Tapi berhubung mereka mengetahui bagaimana caranya agar orang mengenal mereka lewat menulis ya jadilah mereka tenar dan terkenal. Hehehe...

Tahun 2003 United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke 122 dari 174 negara, pada tahun 2005 pada urutan ke 117 dari 177 negara dari negara-neraga lain dalam kemampuan membaca. Jika dibandingkan negara berkembang lainnya, bahkan di ASEAN sekalipun kemampuan membaca anak-anak Indonesia sangat rendah.

Bagaimana caranya agar minat baca anak-anak meningkat? Bagaimana agar anak-anak suka membaca? Salah satu caranya sebagai penulis harus bisa menyuguhkan buku yang apik dan menarik untuk dibaca anak. Ngomong doang enak ya realisasinya gimana? Tanamkan ke anak-anak bahwa membaca itu penting, membaca itu membuka cakrawala dunia. Membaca dan menulis adalah hal yang tak bisa dipisahkan. Sekalipun penulis, pasti butuh membaca untuk menambah ilmu, benar atau tidak?

Jadi masih nggak mau menulis ni... rugi..

4.       Menulis itu sebagai warisan

Karya-karya tulis,
Akan kekal sepanjang masa,
Sementara penulisnya,
Hancur terkubur di bawah tanah.

Kata-kata diatas saya kutip dari internet, berasal dari buku Kritik Hadis, karya Ali Mustafa Yakub. Jujur, saya belum pernah membaca buku tersebut tapi membaca kutipan diatas benar-benar membuat hati ini gempar, gusar dan bergetar.  Tarik nafas, keluarkan. Kutipan diatas 100% benar.
Siapa yang tidak kenal Chairil Anwar, angkat tangan. Seorang maestro yang dijuluki ‘Si bintang jalang’ dari karyanya yang berjudul Aku. Beliau ini sudah meninggal dunia tapi karyanya masih tetap dikenang dan memberi inspirasi bagi banyak orang. Tak mustahil bahwa karya tulisnya bisa menjadi amal baginya.

Sebelum lanjut, saya ingin mengulas sedikit tentang perbedaan Menulis dan Penulis, ada yang tahu perbedaannya? Tiba- tiba ada yang menceletuk ‘  kalau menulis pake huruf m tapi kalau penulis pake huruf p kak’ hehe ada-ada aja ni  orang.

Menulis itu bisa dilakukan sendiri, dimanapun dan kapanpun, fleksibel. Tapi kalau Penulis itu tidak bisa melakukannya sendiri, karena penulis butuh pembaca, penulis butuh penerbit, penulis harus punya orang yang bisa mengapresiasi karya kita, penulis harus punya kebiasaan menulis kalau perlu harus dijadwal.
Tapi saya ingatkan lagi bahwa yang penting pertama adalah motivasi dan kemauan untuk menulis dahulu. Siap??

Kembali ke topik, sebagai manusia pasti ingin tetap dikenangkan? Pasti ingin jika karya-karya kita bisa menjadi motivasi bagi yang lain, bisa di apresiasi dengan baik. Menulis sebuah buku yang menggugah, mengubah dan membahana, bestseller, tak cukup, megabestseller bahkan super-supermegabestseller? Mau, siapa yang tidak mau...

Semuanya itu butuh proses, proses yang dimulai dengan langkah pertama yang dimanakan niat, selanjutnya dijalankan dengan konsisten, kemudian yang tak boleh terlupa adalah doa, karena apapun yang tak diiringi doa bisa jadi kurang berkah. Setuju?

5.       Menulis itu menyehatkan.

Apa benar sih menulis itu menyehatkan?
Ada seorang psikolog yang bernama Pennebaker, telah menelitih masalah ini selama lima belas tahun, di tahun 1990-an, beliau menulis dalam bukunya yang berjudul OpeningUp: The Healing Power of Expressing Emotions. Sekali lagi Pennebaker menunjukkan kepada kita manfaat menulis seperti tersaji dibawah ini:

·         Menulis dapat menjernihkan pikiran.
Seperti yang saya katakan tadi menulislah jika pikiran Anda lagi kacau siapa tahu bisa jadi bahan ide. Disini konteksnya agak bedah, para ahli hipnotis menyuruh kliennya untuk menulis segala perasaannya dalam kertas, kalau sudah selesai menulis, para ahli akan menyuruh klien untuk merobek kertas tersebut, ini sebagai tanda simbolik untuk membuang perasaan tidak enak yang selama ini terpendam. Ini salah satu upaya untuk menjernihkan pikiran.

·         Menulis dapat mengatasi trauma yang menghalangi penyelesaian tugas-tugas penting.  Ketakutan yang besar yang terus menghantui , biasa disebut trauma bisa membatasi pikiran kita untuk melihat peluang-peluang besar yang ada dihadapan kita. Trauma bisa menjadikan kita kurang fokus sehingga menyedot sebagian besar tenaga kita, hanya untuk hal yang tak penting, sehingga tugas penting lain terlupakan, terabaikan. Maka dari itu menulis bisa membantu memfokuskan pikiran agar tugas-tugas lain bisa terselesaikan dengan baik.

·         Menulis membantu memecahkan masalah
menulis berjalan lebih lambat dari pada pikiran, oleh karena itu jika masalah hanya dipikirkan saja, yang ada malah membuat kita semakin pusing, bahasa Jawanya mumet. Tuliskan masalah Anda, kalau Anda ingin penyelesaian lebih cepat, suruh orang lain baca tulisan Anda, minta dia kasih solusi atas masalah Anda dan lain-lain.

Singkatnya, menulis bisa menjadi jembatan bagi kita untuk mempelajari dan menghadapi dunia. Pada kesempatan yang tepat menulis dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Melakukan kegiatan menulis secara bijaksana mampu memperbaiki kualitas hidup sebagian besar dari kita.

6.       Menulis itu meningkatkan pendapatan.

Di tahun 2008, majalah Adil menulis lima penulis kaya di Indonesia. Andrea Hirata penulis Tetralogi Laskar Pelangi meraup keuntungan 2,5  Milliar, Habiburrahman El-Shirazy penulis novel laris Ayat-Ayat Cinta mendapat penghasilan 1,5 Milliar, Nana Kinoysan, Asma Nadia, dan Helvy Tiana Rosa. Semua ini adalah penulis Indonesia yang membanggakan.
Bagi mereka penulis, menulis sebuah karya yang telah diterbitkan, meraih predikat bestseller sudah cukup membanggakan apalagi disamping itu juga mendapatkan penghasilan hehehe siapa yang tidak mau?

Pendapatan dari menulis itu hanya pointplus, yang paling utama adalah karya itu bisa diterima dan memberi manfaat bagi sesama. Bukan begitu?
Sudah jelas bukan, bahwa salah satu keuntungan menulis itu bisa memperoleh pendapatan, masih tidak mau menulis? Hem... Lanjut ke alasan berikutnya.

7.       Menulis itu tradisi para ulama.

Dr. Yusuf Qardlawy, saya belum kenal beliau tapi saya pernah dengar bahwa beliau itu punya kecepatan menulis yang luar biasa, beberapa karyanya IslamEkstrim, PrioritasGerakanIslam, Fiqih Ikhtilaf, Sabar Didalam Al Quran dan lain-lainnya. Beliau ini orang yang sibuk karena Dakwah yang berskala Internasional, tapi tetap punya waktu untuk menulis, ini sangat luar biasa.

Para ulama salaf seperti telah menjadikan menulis sebagai tradisi ‘keulamaan’ bagi mereka. Nama mereka sampai ke telinga kita, menembus rentang waktu berabad-abad, melewati berbagai dinasti, menerobos jatuh bangunnya umat islam, itu karena karya-karya mereka yang super. Betapa tidak, meski sudah ribuan tahun, karya mereka masih tetap aktual. Sebut saya kitab Ihya Ulumuddinkarya Imam Gozhali, Kitab-kitab Fiqih karya empat Ulama Mazhad, yang masih berjejer di toko-tokoh buku hingga saat ini, keren banget ya.. Karya sepanjang masa, karya sepanjang sejarah.

Dari sedikit ulasan tentang para ulama diatas, yang ingin saya sampaikan, kita dapat meniru kebiasaan/ tradisi para ulama tersebut sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kecintaan Mereka terhadap ilmu, menuangkannya dalam tulisan,sehingga mampu memberikan pencerahan kepada umat dari jaman-ke jaman dan di angkatlah derajat mereka dimata Tuhan (Allah). Sungguh luar biasa.

Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan derajat orang-orang yang berilmu, beberapa derajat.

Kita sebagai manusia yang masih banyak kekurangan disana-sini, apa pantas menulis buku untuk dibaca orang lain? Ah jangan berpikir seperti itu, semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, gak ada yang melarang bagi kita untuk menulis, gak ada wacana yang menuliskan bahwa menulis hanya untuk orang-orang yang sudah sukses, tidak ada.  Kita yang banyak kekurangan ini malah sebaiknya menulis agar kita bisa mengenal diri dengan lebih baik. Dimana yang perlu ditonjolkan, mana yang perlu diubah.


Penulis (saya) masih butuh koreksi disana-sini. Mohon bimbingannya dan semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar