Mengapa Saya Harus Menulis?
Saya ulangi mengapa saya harus menulis?
Jawabannya saya tidak tahu. Eh jangan protes dulu, itu jawaban saya pada masa
kanak-kanak dulu. Disuruh menulis ya menulis aja, tidak ada yang suruh menulis
ya bengong aja hehehe...
Sebelumnya saya ingin berterima kasih terlebih
dahulu kepada orang tua yang telah membimbing dan mendampingi saya hingga 22
tahun ini. Udah tua ya? Suuuttt...
jangan berisik dulu. Selanjutnya saya ingin berterima kasih kepada para guru
saya yang telah mengajarkan saya membaca dan menulis. Sekarang ini saya sangat
bersyukur bisa bertemu dan berteman dengan orang-orang yang hebat, orang-orang
yang bisa membimbing saya menjadi orang hebat. Mudah-mudahan ketularan
hebatnya. Orang-orang itu adalah Team KMO (Komunitas Menulis Online), terima
kasih coach Tendi.
Mulai serius ya...
Bila
Anda bukan anak raja, bukan anak ulama besar maka menulislah.
Ungkapan diatas mungkin sering kita dengar
atau mungkin sebagian dari Anda baru mendengarnya, ungkapan diatas sederhana tapi
maknanya sangat dalam, nanti bakalan saya bahas.
Saya menulis artikel ini bisa dibilang artikel
pertama yang saya garap dengan serius, bukan berarti yang dulu-dulu saya tulis
tidak serius tapi kali ini dengan motivasi yang beda dan mengubah. Jujur, dulu saya menulis hanya sekedar ingin
menulis saja, aktif menulis artikel di blog agar trafik naik dan mengunjung
banyak, menulis diary karena
ikut-ikutan tren, menulis puisi
karena tugas dari sekolah dan lain-lain. Tapi sekarang, dimulai dari tulisan
ini saya berikrar bukan hanya sekedar nulis
tapi bener-bener ingin jadi seorang penulis. Katakan Amiin, mohon doanya
temen-temen. Saya berkata seperti ini bukannya sombong saya hanya ingin
memotivasi diri saya agar menjadi manusia yang berguna dan mengubah. Sekali
lagi mohon doa dari temen-temen.
Sebenarnya menulis aja itu gampang karena dari
SD sampai SMA kita sudah diajari menulis, tapi mengapa menulis menjadi susah,
mengapa hanya sedikit siswa yang sadar untuk menjadi penulis? Itu karena
sebagian dari kita tidak mengetahui alasanmenulis,
termasuk saya.
Untuk menjadi seorang penulis, pertanyaan yang
harus dijawab terlebih dahulu adalah pertanyaan mengapa, setelah itu baru pertanyaan lain seperti apa dan
bagaimana. Mengapa? Iya mengapa? Ayo jawab mengapa? Eh pertanyaanya kurang
lengkap, mengapa harus menulis? Mengapa harus jadi Penulis?. Jawabannya
singkat, pasti disitu ada jawaban ‘karena’. Hehehe
bercanda. Ayo kembali serius.
Jawabanya berkaitan dengan motivasi diri. Niat. Yang pertama adalah niat. Pertanyakan niat Anda. Niat
menulis tidak? Niat menjadi penulis tidak? Tahu alasan mengapa harus menulis
tidak? Kalau jawabanya tidak mana mungkin saya membuang waktu saya di depan
komputer untuk menulis artikel ini. Menggalih sedalam-dalamnya niat, kesadaran
diri yang tinggi terhadap niatan tersebut bisa memberikan energi bagi kita
untuk menulis, jadi menulis itu gamapang atau susah? Jawabanya pasti
teman-teman sudah tahu.
“Syarat menjadi Penulis itu ada tiga, yaitu
menulis, menulis dan menulis” kata Kuntowijoyo.
Masih tidak ingin menulis? Baik kalau begitu. Artikel
yang saya tulis ini semoga bisa memberi
gambaran dan motivasi baru bagi teman-teman yang baru berniat untuk menulis dan
bisa menjadi sesuatu yang lebih membakar
semangat bagi teman-teman yang sudah terlebih dahulu terjun kedunia tulis
menulis.
Nah mengapa kita harus menulis? Berikut adalah
beberapa alasan yang saya temukan:
1.
Menulis itu jalan menuju
kebahagiaan
2.
Menulis itu untuk menata pikiran
3.
Menulis itu berpotensi dikenal
orang
4.
Menulis itu sebagai warisan
5.
Menulis itu menyehatkan
6.
Menulis itu meningkatkan
pendapatan
7.
Menulis itu tradisi para ulama
Tujuh poin diatas akan saya jabarkan satu
persatu nyimak ya...
1.
Menulis itu jalan menuju
kebahagiaan.
Ada seorang pemudi yang mengatakan bahwa
sukses itu perasaan bahagia. Bahagia ketika apa yang kita impikan bisa terwujud
dan menjadi kenyataan. Bahagia jika orang yang disayang dan orang-orang disekitarnya
bahagia. Pemuda itu adalah saya. Hehehe...
Itu arti sukses bagi saya, apa arti sukses bagi Anda? Lanjut ya...
Siapa yang tidak mau hidup bahagia? Siapa yang
tidak mau hidup bahagia dunia dan akhirat? Pasti semuanya ingin seperti itu.
Tapi bagaimana caranya? Banyak. Banyak dan salah satu caranya lewat menulis.
Siapa yang tahu Asma Nadia?Emak ingin naik haji, Rumah tanpa jendela itu adalah beberapa
karya beliau yang sukses dan sudah di filmkan wah selamat ya... Pasti seneng
dong. Nah berarti emang udah terbukti bahwa lewat menulis bisa menjadi jalan
menuju kebahagiaan.
Saya punya ilustrasi, begini...
Bayangkan saya menulis artikel tentang
bagaimana cara mengobati batuk dengan cepat, kemudian artikel itu saya upload lewat facebook, blog dan media
sosial lainnya, kemudian ada seseorang yang membacanya dan mempraktikkan apa
yang saya tulis dan dia memperoleh kondisi yang lebih baik. Dia senang karena
kondisinya membaik, dia bisa bekerja lagi dan melakukan aktivitas seperti
biasa. Rasanya ikut senang juga ya, jika
apa yang kita tulis bisa memberi manfaat bagi sesama, teman-teman setuju?
Bagi saya pribadi, tak pernah terpikir saya
ingin jadi penulis, tapi detik ini, sudah bulat, sekali lagi saya katakan saya ingin jadi penulis. Titik. Jatah
hidup didunia hanya sedikit jadi alangkah baiknya hidup didunia dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Perlu upaya yang cerdas agar hidup yang singkat ini jadi
bermakna.
2.
Menulis itu untuk menata pikiran.
Ada sebuah cerita yang ingin saya share kepada
teman-teman. Ada seorang pemuda yang setiap hari pergi ke kantor, rela
meninggalkan anak istri demi mencari nafkah, banting tulang berangkat pagi
pulang pagi, begitu seterusnya tiap hari. Kadang dia merasa capek, jenuh tapi
gimana lagi emang itu yang harus dilakukan agar keluarganya tercukupi. Dia
memiliki seorang sahabat, sebut saja namanya Roy. Mereka saling berbagi cerita
setiap saat, berbagi keceriaan dan berbagi kekesalan, dan lucunya mereka kalau
lagi istirahat memilih untuk bernyayi bersama untuk menghibur diri lagunya
adalah ‘ ku rela pergi pagi pulang pagi
hanya untuk mengais rezeki...’ hehehe..
tidak lucu ya?
By the way, saya pernah bekerja di salah satu perusahaan ritail di Indonesia, kerja saya sebagai admin disana. Berangkat
pagi pulang petang begitu rutinitas saya sehari-hari, kecuali kalau hari Minggu.
Rutinitas yang seperti itu kadang membuat jenuh, kaku. Dan parahnya lagi
rutinitas dapat membunuh kreatifitas. Sebaiknya kita tahu bahwa kreatifitas
adalah pokok yang bisa membuat kita maju dan berkembang. Bagaimana jadinya jika
kreatifitas kita dipatahkan, apa jadinya jika kreatifitas kita di tebas, di
tumpas tak berbekas. Bagaimana negara ini bisa maju tanpa adanya kreatifitas?
Apa jadinya negara ini tanpa orang yang kreatif dan solutif?
Saya bilang bahwa menulis adalah untuk menata
pikiran, maksudnya begini pikiran yang simpang siur, ngelantur tak karuan daripada berseliweran
gak jelas mending ditulis aja. Siapa tahu bisa jadi bahan ide. Selanjutnya,
dengan menulis, pikiran kita jadi terarah, fokus dan tak gampang pelupa.
Ada beberapa metode dalam menulis yang saya
kutip dari bukunya Hernowo,QuantumWriting,
beliau menulis beberapa teknik baru menulis buku, teknik-teknik tersebut
adalah:
·
Menulis-Mengalir dengan
menggunakana metode peta pikiran
·
Menulis-Dinamis dengan menggunakan
iringan musik
·
Menulis- Sinergis gaya quantumlearning
·
Menulis –Seperti gaya acceleratedlearning
Teknik-teknis diatas boleh aja bedah tapi
tetep satu tujuannya yaitu menata pikiran. Teknik diatas tak seluruhnya saya
mengerti, tapi yang penting adalah niat dan kemauan dalam memulai menulis itu
yang paling penting. Mau pake gaya
menulis apa saja boleh, gaya dinamis,
realistis, melankolis apalah itu. Tak perlu dipikir terlalu jauh mending
langsung action saja.
Lalu apa manfaat dari pikiran yang tertata
bagi kita? Pikiran yang tertata membantu kita untuk berpikir rasional, berpikir
kreatif, perlu sekali sebagai manusia untuk berpikir rasional yang kreatif,
menggunakan akal sehat agar tidak ngawur
bin ngelantur. Kita bisa menggunakan
pikiran sebagaimana yang Allah kehendaki, berulang kali Allah menyeruhkan dalam
Alquran agar kita para khalifah di bumi menggunakan akal untuk berpikir. Nah
bagaimana Anda setuju jika menulis itu bisa menata pikiran? Harus setuju.
3.
Menulis itu berpotensi dikenal
orang.
Anda tahu saya? Ijinkan saya memperkenalkan
diri. Nama saya Vidi firanti, lahir di Malang 22 tahun yang lalu dan... dan...
tak usah diteruskan kita langsung lanjut aja ya. Saya belum dikenal orang
karena saya tak berusaha untuk dikenal orang. Bagaimana orang bisa mengenal
saya kalau daya upaya untuk mengenalkan diri tak pernah dilakukan.Hal ini harus
diubah, sayapun juga harus berubah, berubah menjadi satria baja hitam hehehe... Semakin banyak orang mengenal
Anda semakin banyak sahabat yang mendukung kesuksesan Anda.
Salah satu ungkapan yang pernah saya baca,
tapi saya lupa dimana saya membacanya, maklum orang sering lupa, maafkan ya, ungkapannya
berbunyi seperti ini “Bacalah jika kamu
ingin mengenal dunia, Menulislah jika kamu ingin dikenal dunia”.
Kerenkan...
Raditya Dika, siapa Raditya Dika kalau dia
bukan penulis kambing jantan. Siapa
Dewi lestari (Dee) kalau dia bukan penulis novel supernova dan perahu kertas,
siapa Ippho santosa jika dia bukan penulis buku mega bestseller7 keajaiban rezeki? Pasti Anda tak akan mengenal mereka
jika mereka tak punya karya. Tapi berhubung mereka mengetahui bagaimana caranya
agar orang mengenal mereka lewat menulis ya jadilah mereka tenar dan terkenal. Hehehe...
Tahun 2003 United
Nations Development Programme (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke
122 dari 174 negara, pada tahun 2005 pada urutan ke 117 dari 177 negara dari
negara-neraga lain dalam kemampuan membaca. Jika dibandingkan negara berkembang
lainnya, bahkan di ASEAN sekalipun kemampuan membaca anak-anak Indonesia sangat
rendah.
Bagaimana caranya agar minat baca anak-anak
meningkat? Bagaimana agar anak-anak suka membaca? Salah satu caranya sebagai
penulis harus bisa menyuguhkan buku yang apik
dan menarik untuk dibaca anak. Ngomong doang
enak ya realisasinya gimana? Tanamkan ke anak-anak bahwa membaca itu penting,
membaca itu membuka cakrawala dunia. Membaca dan menulis adalah hal yang tak
bisa dipisahkan. Sekalipun penulis, pasti butuh membaca untuk menambah ilmu,
benar atau tidak?
Jadi masih nggak mau menulis ni... rugi..
4.
Menulis itu sebagai warisan
Karya-karya tulis,
Akan kekal sepanjang masa,
Sementara penulisnya,
Hancur terkubur di bawah tanah.
Kata-kata diatas saya kutip dari internet,
berasal dari buku Kritik Hadis, karya
Ali Mustafa Yakub. Jujur, saya belum pernah membaca buku tersebut tapi membaca
kutipan diatas benar-benar membuat hati ini gempar, gusar dan bergetar. Tarik nafas, keluarkan. Kutipan diatas 100%
benar.
Siapa yang tidak kenal Chairil Anwar, angkat
tangan. Seorang maestro yang dijuluki ‘Si bintang jalang’ dari karyanya yang
berjudul Aku. Beliau ini sudah
meninggal dunia tapi karyanya masih tetap dikenang dan memberi inspirasi bagi
banyak orang. Tak mustahil bahwa karya tulisnya bisa menjadi amal baginya.
Sebelum lanjut, saya ingin mengulas sedikit
tentang perbedaan Menulis dan Penulis, ada yang tahu perbedaannya?
Tiba- tiba ada yang menceletuk ‘ kalau menulis pake huruf m tapi kalau penulis pake huruf p kak’ hehe ada-ada aja ni
orang.
Menulis itu bisa dilakukan sendiri, dimanapun dan kapanpun, fleksibel. Tapi
kalau Penulis itu tidak bisa
melakukannya sendiri, karena penulis butuh pembaca, penulis butuh penerbit,
penulis harus punya orang yang bisa mengapresiasi karya kita, penulis harus
punya kebiasaan menulis kalau perlu harus dijadwal.
Tapi saya ingatkan lagi bahwa yang penting
pertama adalah motivasi dan kemauan untuk menulis dahulu. Siap??
Kembali ke topik, sebagai manusia pasti ingin
tetap dikenangkan? Pasti ingin jika karya-karya kita bisa menjadi motivasi bagi
yang lain, bisa di apresiasi dengan baik. Menulis sebuah buku yang menggugah,
mengubah dan membahana, bestseller,
tak cukup, megabestseller bahkan super-supermegabestseller? Mau, siapa yang tidak mau...
Semuanya itu butuh proses, proses yang dimulai
dengan langkah pertama yang dimanakan niat,
selanjutnya dijalankan dengan konsisten,
kemudian yang tak boleh terlupa adalah doa,
karena apapun yang tak diiringi doa bisa jadi kurang berkah. Setuju?
5.
Menulis itu menyehatkan.
Apa benar sih menulis itu menyehatkan?
Ada seorang psikolog yang bernama Pennebaker, telah menelitih masalah ini
selama lima belas tahun, di tahun 1990-an, beliau menulis dalam bukunya yang
berjudul OpeningUp: The Healing Power of Expressing Emotions.
Sekali lagi Pennebaker menunjukkan
kepada kita manfaat menulis seperti tersaji dibawah ini:
·
Menulis dapat menjernihkan pikiran.
Seperti yang saya katakan
tadi menulislah jika pikiran Anda lagi kacau siapa tahu bisa jadi bahan ide.
Disini konteksnya agak bedah, para ahli hipnotis menyuruh kliennya untuk
menulis segala perasaannya dalam kertas, kalau sudah selesai menulis, para ahli
akan menyuruh klien untuk merobek kertas tersebut, ini sebagai tanda simbolik
untuk membuang perasaan tidak enak yang selama ini terpendam. Ini salah satu
upaya untuk menjernihkan pikiran.
·
Menulis dapat mengatasi trauma yang menghalangi penyelesaian
tugas-tugas penting.
Ketakutan yang besar yang terus menghantui , biasa disebut trauma bisa membatasi pikiran kita untuk
melihat peluang-peluang besar yang ada dihadapan kita. Trauma bisa menjadikan
kita kurang fokus sehingga menyedot sebagian besar tenaga kita, hanya untuk hal
yang tak penting, sehingga tugas penting lain terlupakan, terabaikan. Maka dari
itu menulis bisa membantu memfokuskan pikiran agar tugas-tugas lain bisa
terselesaikan dengan baik.
·
Menulis membantu memecahkan masalah
menulis berjalan lebih lambat
dari pada pikiran, oleh karena itu jika masalah hanya dipikirkan saja, yang ada
malah membuat kita semakin pusing, bahasa
Jawanya mumet. Tuliskan masalah Anda,
kalau Anda ingin penyelesaian lebih cepat, suruh orang lain baca tulisan Anda,
minta dia kasih solusi atas masalah
Anda dan lain-lain.
Singkatnya, menulis bisa
menjadi jembatan bagi kita untuk mempelajari dan menghadapi dunia. Pada
kesempatan yang tepat menulis dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Melakukan kegiatan menulis secara bijaksana mampu memperbaiki kualitas hidup
sebagian besar dari kita.
6.
Menulis itu meningkatkan
pendapatan.
Di tahun 2008, majalah Adil menulis lima penulis kaya di Indonesia. Andrea Hirata penulis
Tetralogi Laskar Pelangi meraup keuntungan 2,5
Milliar, Habiburrahman El-Shirazy penulis novel laris Ayat-Ayat Cinta
mendapat penghasilan 1,5 Milliar, Nana Kinoysan, Asma Nadia, dan Helvy Tiana Rosa.
Semua ini adalah penulis Indonesia yang membanggakan.
Bagi mereka penulis, menulis sebuah karya yang
telah diterbitkan, meraih predikat bestseller
sudah cukup membanggakan apalagi disamping itu juga mendapatkan penghasilan hehehe siapa yang tidak mau?
Pendapatan dari menulis itu hanya pointplus, yang paling utama adalah
karya itu bisa diterima dan memberi manfaat bagi sesama. Bukan begitu?
Sudah jelas bukan, bahwa salah satu keuntungan
menulis itu bisa memperoleh pendapatan, masih tidak mau menulis? Hem... Lanjut ke alasan berikutnya.
7.
Menulis itu tradisi para ulama.
Dr. Yusuf Qardlawy, saya belum kenal beliau
tapi saya pernah dengar bahwa beliau itu punya kecepatan menulis yang luar
biasa, beberapa karyanya IslamEkstrim,
PrioritasGerakanIslam, Fiqih Ikhtilaf, Sabar Didalam Al Quran
dan lain-lainnya. Beliau ini orang yang sibuk karena Dakwah yang berskala Internasional,
tapi tetap punya waktu untuk menulis, ini sangat luar biasa.
Para ulama salaf seperti telah menjadikan
menulis sebagai tradisi ‘keulamaan’ bagi mereka. Nama mereka sampai ke telinga
kita, menembus rentang waktu berabad-abad, melewati berbagai dinasti, menerobos
jatuh bangunnya umat islam, itu karena karya-karya mereka yang super. Betapa
tidak, meski sudah ribuan tahun, karya mereka masih tetap aktual. Sebut saya
kitab Ihya Ulumuddinkarya Imam
Gozhali, Kitab-kitab Fiqih karya empat Ulama Mazhad, yang masih berjejer di
toko-tokoh buku hingga saat ini, keren banget ya.. Karya sepanjang masa, karya
sepanjang sejarah.
Dari sedikit ulasan tentang para ulama diatas,
yang ingin saya sampaikan, kita dapat meniru kebiasaan/ tradisi para ulama
tersebut sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kecintaan Mereka terhadap ilmu,
menuangkannya dalam tulisan,sehingga mampu memberikan pencerahan kepada umat
dari jaman-ke jaman dan di angkatlah derajat mereka dimata Tuhan (Allah).
Sungguh luar biasa.
Allah
akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan derajat orang-orang yang
berilmu, beberapa derajat.
Kita sebagai manusia yang masih banyak kekurangan
disana-sini, apa pantas menulis buku untuk dibaca orang lain? Ah jangan
berpikir seperti itu, semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,
gak ada yang melarang bagi kita untuk menulis, gak ada wacana yang menuliskan
bahwa menulis hanya untuk orang-orang yang sudah sukses, tidak ada. Kita yang banyak kekurangan ini malah
sebaiknya menulis agar kita bisa mengenal diri dengan lebih baik. Dimana yang
perlu ditonjolkan, mana yang perlu diubah.
Penulis (saya) masih butuh koreksi
disana-sini. Mohon bimbingannya dan semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar