Pilihlah Malas!
Hakikatnya apapun yang ada didunia ini
diciptakan berpasang-pasangan.
Ada kanan, ada kiri
Otak kanan, otak kiri
Tangan kanan, tangan kiri
Kaya, miskin
Tinggi, pendek
Senang, sedih
Sibuk, nganggur
Baik, buruk
Rajin, malas dan lain-lain.
Tidak selesai-selesai kalau saya tulis
semuanya hehehe...
Sudah Anda tidak bisa menyangkal bahwa
semuanya itu emang ada pasangannya, terus pasangan saya mana? Tuhan pasangan
saya mana?Hehehe... Saya belum
dipertemukan dengan jodoh oleh Tuhan, doakan saya untuk segera bertemu dengan
jodoh ya teman-teman.
Oke Malas. Malas. Malas. Sebut mana saya tiga
kali. Eh sudah bercandanya, kembali ke materi.
Malas itu buruk, malas itu membuat kita tidak
sukses, malas itu saya, malas itu orang Indonesia, malas itu negatif dan
sebagainya. Persetan dengan itu semua. Sebagian besar dari Anda pasti berpikir
seperti itu, sehingga banyak dari Anda yang tak setuju jika saya menyuruh Anda
malas. Tapi benar, untuk yang satu ini saya benar-benar menginginkan Anda untuk
menjadi orang malas, sumpah ini beneran. Anda mencap saya sinting? Ah jangan
gitu la J
Menurut (EdyZaques:2008) malas diartikan
sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya. Banyak
juga yang berpendapat malas itu tercipta karena kebiasaan. Sekarang saya tanya,
Anda setuju dengan pendapat diatas? Yang setuju angkat tangan, yang tidak
setuju dilanjut saja bacanya ya.
Baiklah, dari kecil hingga sekarang kita
diajari untuk menghargai pendapat orang lain, setuju? Kita juga tak pernah
dilarang untuk mengutarakan pendapat bukan? Jadi sekarang saya mau memberi
pendapat, Anda harus mengijinkannya. Ah saya sudah tahu Anda bakalan
mengijinkan saya memberi pendapat, buktinya Anda masih terus memegang buku
saya.
Dari bab awal buku ini saya sudah menyuruh
Anda malas. Siapa saya kok berani-beraninya menyuruh orang seenaknya untuk
malas? Siapa saya kok berani-beraninya mau mengutarakan pendapat.
Saya juga orang malas jadi apa salahnya jika
saya ingin mencari teman yang sama-sama malas untuk masuk dalam kelompok saya hehehe...
Kembali serius ya.
Ini pendapat saya tentang malas:
·
Malas tidak selalu buruk
·
Malas itu menyehatkan
·
Malas itu singkatan dari manusia malang yang
antusias
·
Malas itu membawa kesuksesan
·
Malas itu tak beralasan.
Sudah jangan menyangal dulu nanti bakalan saya
jelaskan satu-persatu. Sabar ya.
Hampir semuaorang mengatakan bahwa malas itu
hal negatif, jadi saya juga tidak heran jika pikiran Anda selalu negatif. Eh
jangan berpikiran negatif mulu, sekali-kali
positif napa hahaha.
Sekarang pilihan Anda Hanya 2
MALAS HARI INI atau MALAS NANTI Titik. Tidak
ada pilihan lagi.
Ah saya sudah tahu, tidak saya suruh malas pun,
Anda sudah malas dengan sendirinya. Ingat point ke 3 dari pendapat saja MALAS
itu Manusia Malang yang Antusias.
Benarkah Orang Indonesia itu Pemalas?
Saya iseng searching
di google dengan kata kunci ‘orang
Indonesia pemalas’ (26/11/2015) maka di daftar teratas yang muncul adalah 10
keburukan orang Indonesia, dan isinya menempatkan bahwa rasa malas ini ada di
urutan pertama.
Saya juga buka yahoo answer dengan pertanyaan ‘ kenapa orang Indonesia cenderung
malas?’
Ada 7 jawaban diantaranya mengatakan bahwa:
- Dulunya Indonesia bukan bangsa pemalas, buktinya lahir kerajaan makmur dan banyak candi-candi di bangun, namun setelah datang bangsa penjajah yang menguras hasil bumi kita, maka lahirlah generasi yang malas.
- Karena Indonesia cenderung mencari jalan pintas, maunya yang instan.
- Indonesia negara konsumen, semua teknologi dan kemajuan pengetahuan bukan berasal dari Indonesia dll.
Inilah gambaran sebagian orang yang mengatakan
bahwa Indonesia itu Pemalas.
Bahkan dalam bukunya Anthony Reid yang berjudul Sumatera
tempo doeloe dari Marco Polo sampai Tan Malaka (terjemahan dari Witnesses to Sumatera. A
travellers’Anthology, Oxford University Press, 1995) beberapa bait
tulisannya berbunyi seperti ini:
Mereka
membajak tanah dengan kerbau, yang banyak terdapat disana, tetapi dengan
sedikit ketrampilan dan kurang rajin.
Mereka
mampu menghasilkan muatan untuk 20 kapal per tahun, mungkin lebih, bila orang-orang
ini pekerja keras dan rajin.
Tetapi
mereka tidak bekerja secepat dan setangkas orang Eropa.
Miris ya... Sebagai bangsa Indonesia, mitos
bangsa pemalas sudah melekat dalam diri ini, kalau sudah melekat mau diapain
lagi, ya biarkan saja.
Sebagian dari Anda mungkin langsung
berkomentar, Mbak, malas kok dibiarin? Iya untuk sekarang biarin aja malas yang
sifatnya negatif itu. Tapi setelahnya saya meminta Anda untuk menjadi orang
malas yang positif.
Seperti apa malas yang positif? Apa ada?
Pembahasannya nanti ya.
Benarkah Malas Itu Karena Keturunan?
Sebuah penelitihan di UniversityofMissourimenggembangkan jenis tikus berdasarkan
genetiknya yang sangat aktif dan sangat malas. Hal ini memang belum diketahui
secara pasti pada manusia. Hasilnya bahwa tikus yang malas menghasilkan anak
yang malas pula, tikus yang aktif menghasilkan tikus yang lebih aktif. Frank
Booth sang peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan malas itu bisa jadi gen bawaan dari orang tua.
Kalau nenek moyang kita memiliki rasa malas
dari dulu, maka tidak menutup kemungkinan kita jadi malas pula, betul apa
betul?. Jadi kesimpulanya malas itu mudah atau sangat mudah?. Sudah jelas
karena Andapun termasuk orang yang malas hehehe...
Apa salahnya jika malas itu mudah?
Tak ada yang salah dengan malas, yang salah
itu pola pikir kita.
Dari kecil hingga sekarang, Anda dan saya
salalu di jejali kata-kata yang mengidentifikasikan bahwa malas itu buruk.
Padahal tak semua malas itu bisa dianggap buruk.
Pendidikan di Indonesia, dari SD hingga
perguruan tinggi, mangajarkan muridnya untuk rajin, mengerjakan tugas tepat
waktu, dapat nilai yang baik agar kelak nanti lulus bisa memperoleh pekerjaan
yang layak. Orang tua pun berpikir seperti itu.
Setelah dapat pekerjaan yang layak apa yang
terjadi, kita terjebak dalam rutinitasyang menjemukan, karena uang kita rela
menghabiskan waktu ditempat kerja, itu sih namanya bukan rajin lagi tapi
terlampau rajin. Ingat saya suruh Anda jadi pemalas bukan orang rajin.
Sekarang tanamkan dalam pikiran Anda bahwa Malas itu mudah dan tidak semuanya buruk.
Generasi Abad 21
Ini kisah nyata, 4 tahun yang lalu tanpa
dikurangi tanpa dilebihi, ini sudah dalam takaran yang pas.
Ada seorang pemudi
yang tak memiliki cita-cita padahal dia sudah SMA, dia masih bingung, impianpun
amburadul, yang dia tahu hanya belajar giat, dapat nilai baik, bisa lanjut ke
perguruan tinggi dan orang tua senang itu saja. Hingga suatu ketika saat ia
pergi ke perpustakaan bersama teman-temannya, dia tertarik dengan sebuah buku
berjudul The magic of thinking big karya
David J. Schwartz, padahal sebelunya dia tak pernah membaca buku-buku motivasi
karena dari dulu yang dia suka hanya novel. Entah dapat kekuatan dan ilham dari
mana ia akhirnya meminjam buku itu dan membacanya hingga habis bis bis bis.
Buku itu benar-benar bisa merubah jalan
hidupnya, yang dulunya pemalu, minder jadi berani, dulu dia memandang jualan
itu memalukan tapi sekarang dia memandang hidup tak kan berjalan tanpa jualan,
yang dulunya membiarkan hidup mengalir apa adanya, sekarang dia yang
mengendalikan jalan hidupnya, dia tak pernah berpikir akan menerbitkan sebuah
buku, sekarang karya pertamanya ada di tangan Anda. Ya pemudi itu adalah saya.
Sejak saat itu saya jadi ketagihan baca buku motivasi J
![]() |
| Memalaskan diri, kadang mendatangkan ide yang tak disangka-sangka - Mangrove Surabaya |
Sekarang kita memasuki era yang serba
carut-marut, informasi datang tanpa dapat dibendung, harus bisa memilah agar
tidak tersandung, ayo jadi pemalas dan terus bersenandung. Mungkin sebagian
dari Anda tak setuju jika saya mengajak Anda menjadi malas. Eh jangan protes
dulu, Anda belum tahu malas seperti apa yang saya maksud, jadi kalau belum tahu
tidak usah protes, Anda cukup mengangguk saja oke?
Keganasan abad 21 ini sangat mempengaruhi
hidup kita, benar? Kita yang tak bisa menyesuaikan diri akan musnah, benar?
Udah mengangguk saja. Ini sudah hukum alam.
Sebagai anak muda, sukses dalam pekerjaan itu
sangat membanggakan, banyak yang bilang, bisa dapat uang dari kerja sendiri itu
sudah bisa dibilang mandiri. Terus bagaimana untuk anak muda yang kesana-kemari tak kunjung dapat pekerjaan?
Mereka akan di cap pemalas, di stempel sebagai orang gagal, hal ini secara
tidak sadar akan masuk kealam bawa sadar Anda, sehingga apa yang Anda hadapi,
ketika ada sedikit tantangan menghadang, Anda akan cepat pesimis. Ini sangat
bahaya, saya ulangi b-a-h-a-y-a!!!
Tadi saya katakan mereka yang tidak dapat
menyesuaikan diri akan musnah. Mbak bukannya orang malas itu orang yang tidak
dapat menyesuaikan diri? Ssst... Anda
benar. Doktrin yang menyebar emang seperti itu, tapi jangan salah orang malas
bisa jadi lebih pandai menyesuaikan diri dari pada Anda –Anda yang rajin. Eh jangan
memandang saya dengan melotot seperti itu plisss...
Mengenai alam bawah sadar, mungkin banyak
diantara Anda yang sudah mengerti tentang alam bawah sadar, tapi ijinkan saya
untuk mengulas sedikit tentang dasyatnya alam bawah sadar.
Contoh lain, Anda takut ketinggian (pobia tinggi) dan pada saat itu Anda ditantang untuk melakukan terjun bebas dari lantai 20. Apa yang akan Anda lakukan? Anda akan merasa ada dorongan perasaan yang amat kuat yang membuat Anda bertindak-memberontak-menolak mati-matian untuk tidak melompat. Anda saja mati-matian menolak, saja disuruh mencoba aja sudah bilang tidak.Udah tak perlu hiperbola pasti mati sudah. Hehehe... Bercanda sedikit boleh dong.
Kembali ke topik.
-Alam bawah sadar itu brutal, irrasional, tak
mengerti masa lalu dan masa depan, hanya mengerti kini atau sekarang. Jadi
hati-hati dengan alam bawa sadar. Lebih baik Anda hindari kata-kata ‘saya akan
bahagia’ atau ‘ saya sudah bahagia’ lebih baik Anda berkata ‘saya bahagia.’
Sama halnya seperti, ada orang yang menawarkan
mobil baru senilai 5 juta rupiah, pikiran rasional tak akan dapat menerimanya,
tapi alam bawah sadar menerimanya. Tak perlu panjang lebar. Saya hanya ingin
berpesan hati-hati dengan pikiran Anda, alam bawah sadar selalu mengawasi Anda.
Kembali ke anak-anak di era abad 21 ini.
Anak-anak jaman sekarang cenderung menghindari yang namanya tantangan,
dihadapkan dengan suatu masalah, sudah mengeluh, yang paling bahaya mereka
sering mengatakan ‘ aku pasti tidak bisa melewatinya’. Ingat alam bawah sadar
merekamnya. Anda pasti beneran tidak bisa melewatinya. Ingat juga Tuhan itu
sesuai dengan prasangka hambanya. Anda berpikir gagal maka akan gagal, berpikir
jatuh maka akan jatuh. Tuhan itu Maha Oke. Jadi sekarang berdoa yang baik-baik.
Karena segalanya pasti OKE.
Fakta mencengangkan, kepala kantor
perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih mengatakan (28/10/2015): “90% penduduk
Indonesia gemar menonton televisi dan tidak suka membaca. Artinya minat baca
masyarakat sangat rendah.”
Hebat ya Indonesia. Malasnya Dahsyat. Anda
termasuk didalamnya? Saya ucapkan Selamat. Malas itu tidak selamanya sesat.
Ringkasan:
- Tak bisa dibantah lagi bahwa masyarakat dari jaman dahulu hingga sekarang dikelilingi malas. Ya mau gimana lagi udah malas ya malas saja.
- Malas adalah keturunan, ya biarin entah itu karena keturunan atau faktor lingkungan yang jelas Anda sudah di cap pemalas. Selamat!
- Fakta Indonesia pemalas? Bukan rahasia lagi, jadi ya cuek aja.



