Senin, 30 November 2015

BAB 1 - MALASLAH

Pilihlah Malas!


Hakikatnya apapun yang ada didunia ini diciptakan berpasang-pasangan.
Ada kanan, ada kiri
Otak kanan, otak kiri
Tangan kanan, tangan kiri
Kaya, miskin
Tinggi, pendek
Senang, sedih
Sibuk, nganggur
Baik, buruk
Rajin, malas dan lain-lain.

Tidak selesai-selesai kalau saya tulis semuanya hehehe...

Sudah Anda tidak bisa menyangkal bahwa semuanya itu emang ada pasangannya, terus pasangan saya mana? Tuhan pasangan saya mana?Hehehe... Saya belum dipertemukan dengan jodoh oleh Tuhan, doakan saya untuk segera bertemu dengan jodoh ya teman-teman.

Oke Malas. Malas. Malas. Sebut mana saya tiga kali. Eh sudah bercandanya, kembali ke materi.

Malas itu buruk, malas itu membuat kita tidak sukses, malas itu saya, malas itu orang Indonesia, malas itu negatif dan sebagainya. Persetan dengan itu semua. Sebagian besar dari Anda pasti berpikir seperti itu, sehingga banyak dari Anda yang tak setuju jika saya menyuruh Anda malas. Tapi benar, untuk yang satu ini saya benar-benar menginginkan Anda untuk menjadi orang malas, sumpah ini beneran. Anda mencap saya sinting? Ah jangan gitu la J

Menurut (EdyZaques:2008) malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya. Banyak juga yang berpendapat malas itu tercipta karena kebiasaan. Sekarang saya tanya, Anda setuju dengan pendapat diatas? Yang setuju angkat tangan, yang tidak setuju dilanjut saja bacanya ya.

Baiklah, dari kecil hingga sekarang kita diajari untuk menghargai pendapat orang lain, setuju? Kita juga tak pernah dilarang untuk mengutarakan pendapat bukan? Jadi sekarang saya mau memberi pendapat, Anda harus mengijinkannya. Ah saya sudah tahu Anda bakalan mengijinkan saya memberi pendapat, buktinya Anda masih terus memegang buku saya.

Dari bab awal buku ini saya sudah menyuruh Anda malas. Siapa saya kok berani-beraninya menyuruh orang seenaknya untuk malas? Siapa saya kok berani-beraninya mau mengutarakan pendapat.
Saya juga orang malas jadi apa salahnya jika saya ingin mencari teman yang sama-sama malas untuk masuk dalam kelompok saya hehehe...

Kembali serius ya.

Ini pendapat saya tentang malas:
·         Malas tidak selalu buruk
·         Malas itu menyehatkan
·         Malas  itu singkatan dari manusia malang yang antusias
·         Malas itu membawa kesuksesan
·         Malas itu tak beralasan.

Sudah jangan menyangal dulu nanti bakalan saya jelaskan satu-persatu. Sabar ya.
Hampir semuaorang mengatakan bahwa malas itu hal negatif, jadi saya juga tidak heran jika pikiran Anda selalu negatif. Eh jangan berpikiran negatif mulu, sekali-kali positif napa hahaha.

Sekarang pilihan Anda Hanya 2
MALAS HARI INI atau MALAS NANTI Titik. Tidak ada pilihan lagi.
Ah saya sudah tahu, tidak saya suruh malas pun, Anda sudah malas dengan sendirinya. Ingat point ke 3 dari pendapat saja MALAS itu Manusia Malang yang Antusias.



Benarkah Orang Indonesia itu Pemalas?


Saya iseng searching di google dengan kata kunci ‘orang Indonesia pemalas’ (26/11/2015) maka di daftar teratas yang muncul adalah 10 keburukan orang Indonesia, dan isinya menempatkan bahwa rasa malas ini ada di urutan pertama.

Saya juga buka yahoo answer dengan pertanyaan ‘ kenapa orang Indonesia cenderung malas?’
Ada 7 jawaban diantaranya mengatakan bahwa:

  • Dulunya Indonesia bukan bangsa pemalas, buktinya lahir kerajaan makmur dan banyak candi-candi di bangun, namun setelah datang bangsa penjajah yang menguras hasil bumi kita, maka lahirlah generasi yang malas.

  • Karena Indonesia cenderung mencari jalan pintas, maunya yang instan.
  • Indonesia negara konsumen, semua teknologi dan kemajuan pengetahuan bukan berasal dari Indonesia dll.

Inilah gambaran sebagian orang yang mengatakan bahwa Indonesia itu Pemalas.

Bahkan dalam bukunya Anthony Reid yang berjudul Sumatera tempo doeloe dari Marco Polo sampai Tan Malaka (terjemahan dari Witnesses to Sumatera. A travellers’Anthology, Oxford University Press, 1995) beberapa bait tulisannya berbunyi seperti ini:

Mereka membajak tanah dengan kerbau, yang banyak terdapat disana, tetapi dengan sedikit ketrampilan dan kurang rajin.

Mereka mampu menghasilkan muatan untuk 20 kapal per tahun, mungkin lebih, bila orang-orang ini pekerja keras dan rajin.

Tetapi mereka tidak bekerja secepat dan setangkas orang Eropa.

Miris ya... Sebagai bangsa Indonesia, mitos bangsa pemalas sudah melekat dalam diri ini, kalau sudah melekat mau diapain lagi, ya biarkan saja.

Sebagian dari Anda mungkin langsung berkomentar, Mbak, malas kok dibiarin? Iya untuk sekarang biarin aja malas yang sifatnya negatif itu. Tapi setelahnya saya meminta Anda untuk menjadi orang malas yang positif.

Seperti apa malas yang positif? Apa ada? Pembahasannya nanti ya.



Benarkah Malas Itu Karena Keturunan?


Sebuah penelitihan di UniversityofMissourimenggembangkan jenis tikus berdasarkan genetiknya yang sangat aktif dan sangat malas. Hal ini memang belum diketahui secara pasti pada manusia. Hasilnya bahwa tikus yang malas menghasilkan anak yang malas pula, tikus yang aktif menghasilkan tikus yang lebih aktif. Frank Booth sang peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan malas itu bisa jadi  gen bawaan dari orang tua.

Kalau nenek moyang kita memiliki rasa malas dari dulu, maka tidak menutup kemungkinan kita jadi malas pula, betul apa betul?. Jadi kesimpulanya malas itu mudah atau sangat mudah?. Sudah jelas karena Andapun termasuk orang yang malas hehehe...

Apa salahnya jika malas itu mudah?

Tak ada yang salah dengan malas, yang salah itu pola pikir kita.
Dari kecil hingga sekarang, Anda dan saya salalu di jejali kata-kata yang mengidentifikasikan bahwa malas itu buruk. Padahal tak semua malas itu bisa dianggap buruk.

Pendidikan di Indonesia, dari SD hingga perguruan tinggi, mangajarkan muridnya untuk rajin, mengerjakan tugas tepat waktu, dapat nilai yang baik agar kelak nanti lulus bisa memperoleh pekerjaan yang layak. Orang tua pun berpikir seperti itu.

Setelah dapat pekerjaan yang layak apa yang terjadi, kita terjebak dalam rutinitasyang menjemukan, karena uang kita rela menghabiskan waktu ditempat kerja, itu sih namanya bukan rajin lagi tapi terlampau rajin. Ingat saya suruh Anda jadi pemalas bukan orang rajin.
Sekarang tanamkan dalam pikiran Anda bahwa Malas itu mudah dan tidak semuanya buruk.

Generasi Abad 21


Ini kisah nyata, 4 tahun yang lalu tanpa dikurangi tanpa dilebihi, ini sudah dalam takaran yang pas.
Ada seorang pemudi yang tak memiliki cita-cita padahal dia sudah SMA, dia masih bingung, impianpun amburadul, yang dia tahu hanya belajar giat, dapat nilai baik, bisa lanjut ke perguruan tinggi dan orang tua senang itu saja. Hingga suatu ketika saat ia pergi ke perpustakaan bersama teman-temannya, dia tertarik dengan sebuah buku berjudul The magic of thinking big karya David J. Schwartz, padahal sebelunya dia tak pernah membaca buku-buku motivasi karena dari dulu yang dia suka hanya novel. Entah dapat kekuatan dan ilham dari mana ia akhirnya meminjam buku itu dan membacanya hingga habis bis bis bis.

Buku itu benar-benar bisa merubah jalan hidupnya, yang dulunya pemalu, minder jadi berani, dulu dia memandang jualan itu memalukan tapi sekarang dia memandang hidup tak kan berjalan tanpa jualan, yang dulunya membiarkan hidup mengalir apa adanya, sekarang dia yang mengendalikan jalan hidupnya, dia tak pernah berpikir akan menerbitkan sebuah buku, sekarang karya pertamanya ada di tangan Anda. Ya pemudi itu adalah saya. Sejak saat itu saya jadi ketagihan baca buku motivasi J

Memalaskan diri, kadang mendatangkan ide yang tak disangka-sangka - Mangrove Surabaya


Sekarang kita memasuki era yang serba carut-marut, informasi datang tanpa dapat dibendung, harus bisa memilah agar tidak tersandung, ayo jadi pemalas dan terus bersenandung. Mungkin sebagian dari Anda tak setuju jika saya mengajak Anda menjadi malas. Eh jangan protes dulu, Anda belum tahu malas seperti apa yang saya maksud, jadi kalau belum tahu tidak usah protes, Anda cukup mengangguk saja oke?

Keganasan abad 21 ini sangat mempengaruhi hidup kita, benar? Kita yang tak bisa menyesuaikan diri akan musnah, benar? Udah mengangguk saja. Ini sudah hukum alam.
Sebagai anak muda, sukses dalam pekerjaan itu sangat membanggakan, banyak yang bilang, bisa dapat uang dari kerja sendiri itu sudah bisa dibilang mandiri. Terus bagaimana untuk anak muda yang  kesana-kemari tak kunjung dapat pekerjaan? Mereka akan di cap pemalas, di stempel sebagai orang gagal, hal ini secara tidak sadar akan masuk kealam bawa sadar Anda, sehingga apa yang Anda hadapi, ketika ada sedikit tantangan menghadang, Anda akan cepat pesimis. Ini sangat bahaya, saya ulangi b-a-h-a-y-a!!!

Tadi saya katakan mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri akan musnah. Mbak bukannya orang malas itu orang yang tidak dapat menyesuaikan diri? Ssst... Anda benar. Doktrin yang menyebar emang seperti itu, tapi jangan salah orang malas bisa jadi lebih pandai menyesuaikan diri dari pada Anda –Anda yang rajin. Eh jangan memandang saya dengan melotot seperti itu plisss...

Mengenai alam bawah sadar, mungkin banyak diantara Anda yang sudah mengerti tentang alam bawah sadar, tapi ijinkan saya untuk mengulas sedikit tentang dasyatnya alam bawah sadar.

-Alam bawah sadar itu dahsyat, memori tanpa batas. Artinya, informasi apapun yang Anda terima, kebiasaan Anda berpikir dan bertindak, semua  akan masuk ke alam bawah sadar. Sebut saja zona nyaman Anda. Pikiran alam bawah sadar juga bisa menyebabkan Anda emosional dan tidak nyaman secara fisik setiap kali Anda mencoba hal baru. Contoh, misalnya Anda belum pernah berjualan ditempat umum. Belum pernah sama sekali. Tapi suatu hari Anda ditantang berjualan. Apa yang Anda rasakan? Ada perasaan takut, perasaan khawatir dan sebagainya. Tak pernah berjualan, ini adalah zona nyaman Anda. Dan ketika Anda dipaksa untuk melewati zona nyaman ada perasaan tidak mudah untuk melewatinya. Itu.

Contoh lain, Anda takut ketinggian (pobia tinggi) dan pada saat itu Anda ditantang untuk melakukan terjun bebas dari lantai 20. Apa yang akan Anda lakukan? Anda akan merasa ada dorongan perasaan yang amat kuat yang membuat Anda bertindak-memberontak-menolak mati-matian untuk tidak melompat. Anda saja mati-matian menolak, saja disuruh mencoba aja sudah bilang tidak.Udah tak perlu hiperbola pasti mati sudah. Hehehe... Bercanda sedikit boleh dong.


Kembali ke topik.

-Alam bawah sadar itu brutal, irrasional, tak mengerti masa lalu dan masa depan, hanya mengerti kini atau sekarang. Jadi hati-hati dengan alam bawa sadar. Lebih baik Anda hindari kata-kata ‘saya akan bahagia’ atau ‘ saya sudah bahagia’ lebih baik Anda berkata ‘saya bahagia.’

Sama halnya seperti, ada orang yang menawarkan mobil baru senilai 5 juta rupiah, pikiran rasional tak akan dapat menerimanya, tapi alam bawah sadar menerimanya. Tak perlu panjang lebar. Saya hanya ingin berpesan hati-hati dengan pikiran Anda, alam bawah sadar selalu mengawasi Anda.

Kembali ke anak-anak di era abad 21 ini. Anak-anak jaman sekarang cenderung menghindari yang namanya tantangan, dihadapkan dengan suatu masalah, sudah mengeluh, yang paling bahaya mereka sering mengatakan ‘ aku pasti tidak bisa melewatinya’. Ingat alam bawah sadar merekamnya. Anda pasti beneran tidak bisa melewatinya. Ingat juga Tuhan itu sesuai dengan prasangka hambanya. Anda berpikir gagal maka akan gagal, berpikir jatuh maka akan jatuh. Tuhan itu Maha Oke. Jadi sekarang berdoa yang baik-baik. Karena segalanya pasti OKE.

Fakta mencengangkan, kepala kantor perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih mengatakan (28/10/2015): “90% penduduk Indonesia gemar menonton televisi dan tidak suka membaca. Artinya minat baca masyarakat sangat rendah.”

Hebat ya Indonesia. Malasnya Dahsyat. Anda termasuk didalamnya? Saya ucapkan Selamat. Malas itu tidak selamanya sesat.

Ringkasan:
  • Tak bisa dibantah lagi bahwa masyarakat dari jaman dahulu hingga sekarang dikelilingi malas. Ya mau gimana lagi udah malas ya malas saja.
  • Malas adalah keturunan, ya biarin entah itu karena keturunan atau faktor lingkungan yang jelas Anda sudah di cap pemalas. Selamat!
  • Fakta Indonesia pemalas? Bukan rahasia lagi, jadi ya cuek aja.

Jumat, 13 November 2015

Mengapa Saya Harus Menulis?


Mengapa Saya Harus Menulis?

Saya ulangi mengapa saya harus menulis? Jawabannya saya tidak tahu. Eh jangan protes dulu, itu jawaban saya pada masa kanak-kanak dulu. Disuruh menulis ya menulis aja, tidak ada yang suruh menulis ya bengong aja hehehe...

Sebelumnya saya ingin berterima kasih terlebih dahulu kepada orang tua yang telah membimbing dan mendampingi saya hingga 22 tahun ini. Udah tua ya? Suuuttt... jangan berisik dulu. Selanjutnya saya ingin berterima kasih kepada para guru saya yang telah mengajarkan saya membaca dan menulis. Sekarang ini saya sangat bersyukur bisa bertemu dan berteman dengan orang-orang yang hebat, orang-orang yang bisa membimbing saya menjadi orang hebat. Mudah-mudahan ketularan hebatnya. Orang-orang itu adalah Team KMO (Komunitas Menulis Online), terima kasih coach Tendi.

Mulai serius ya...

Bila Anda bukan anak raja, bukan anak ulama besar maka menulislah.

Ungkapan diatas mungkin sering kita dengar atau mungkin sebagian dari Anda baru mendengarnya, ungkapan diatas sederhana tapi maknanya sangat dalam, nanti bakalan saya bahas.
Saya menulis artikel ini bisa dibilang artikel pertama yang saya garap dengan serius, bukan berarti yang dulu-dulu saya tulis tidak serius tapi kali ini dengan motivasi yang beda dan mengubah.  Jujur, dulu saya menulis hanya sekedar ingin menulis saja, aktif menulis artikel di blog agar trafik naik dan mengunjung banyak, menulis diary karena ikut-ikutan tren, menulis puisi karena tugas dari sekolah dan lain-lain. Tapi sekarang, dimulai dari tulisan ini saya berikrar bukan hanya sekedar nulis tapi bener-bener ingin jadi seorang penulis. Katakan Amiin, mohon doanya temen-temen. Saya berkata seperti ini bukannya sombong saya hanya ingin memotivasi diri saya agar menjadi manusia yang berguna dan mengubah. Sekali lagi mohon doa dari temen-temen.

Sebenarnya menulis aja itu gampang karena dari SD sampai SMA kita sudah diajari menulis, tapi mengapa menulis menjadi susah, mengapa hanya sedikit siswa yang sadar untuk menjadi penulis? Itu karena sebagian dari kita tidak mengetahui alasanmenulis, termasuk saya.
Untuk menjadi seorang penulis, pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu adalah pertanyaan mengapa, setelah itu baru pertanyaan lain seperti apa dan bagaimana. Mengapa? Iya mengapa? Ayo jawab mengapa? Eh pertanyaanya kurang lengkap, mengapa harus menulis? Mengapa harus jadi Penulis?. Jawabannya singkat, pasti disitu ada jawaban ‘karena’. Hehehe bercanda. Ayo kembali serius.

Jawabanya berkaitan dengan motivasi diri. Niat. Yang pertama adalah niat. Pertanyakan niat Anda. Niat menulis tidak? Niat menjadi penulis tidak? Tahu alasan mengapa harus menulis tidak? Kalau jawabanya tidak mana mungkin saya membuang waktu saya di depan komputer untuk menulis artikel ini. Menggalih sedalam-dalamnya niat, kesadaran diri yang tinggi terhadap niatan tersebut bisa memberikan energi bagi kita untuk menulis, jadi menulis itu gamapang atau susah? Jawabanya pasti teman-teman sudah tahu.

Syarat menjadi Penulis itu ada tiga, yaitu menulis, menulis dan menulis” kata Kuntowijoyo.
Masih tidak ingin menulis? Baik kalau begitu. Artikel yang saya tulis ini semoga bisa  memberi gambaran dan motivasi baru bagi teman-teman yang baru berniat untuk menulis dan bisa menjadi  sesuatu yang lebih membakar semangat bagi teman-teman yang sudah terlebih dahulu terjun kedunia tulis menulis.

Nah mengapa kita harus menulis? Berikut adalah beberapa alasan yang saya temukan:

1.       Menulis itu jalan menuju kebahagiaan
2.       Menulis itu untuk menata pikiran
3.       Menulis itu berpotensi dikenal orang
4.       Menulis itu sebagai warisan
5.       Menulis itu menyehatkan
6.       Menulis itu meningkatkan pendapatan
7.       Menulis itu tradisi para ulama

Tujuh poin diatas akan saya jabarkan satu persatu nyimak ya...

1.       Menulis itu jalan menuju kebahagiaan.

Ada seorang pemudi yang mengatakan bahwa sukses itu perasaan bahagia. Bahagia ketika apa yang kita impikan bisa terwujud dan menjadi kenyataan. Bahagia jika orang yang disayang dan orang-orang disekitarnya bahagia. Pemuda itu adalah saya. Hehehe... Itu arti sukses bagi saya, apa arti sukses bagi Anda? Lanjut ya...

Siapa yang tidak mau hidup bahagia? Siapa yang tidak mau hidup bahagia dunia dan akhirat? Pasti semuanya ingin seperti itu. Tapi bagaimana caranya? Banyak. Banyak dan salah satu caranya lewat menulis.

Siapa yang tahu Asma Nadia?Emak ingin naik haji, Rumah tanpa jendela itu adalah beberapa karya beliau yang sukses dan sudah di filmkan wah selamat ya... Pasti seneng dong. Nah berarti emang udah terbukti bahwa lewat menulis bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan.
Saya punya ilustrasi, begini...

Bayangkan saya menulis artikel tentang bagaimana cara mengobati batuk dengan cepat, kemudian artikel itu saya upload lewat facebook, blog dan media sosial lainnya, kemudian ada seseorang yang membacanya dan mempraktikkan apa yang saya tulis dan dia memperoleh kondisi yang lebih baik. Dia senang karena kondisinya membaik, dia bisa bekerja lagi dan melakukan aktivitas seperti biasa. Rasanya ikut senang juga ya,  jika apa yang kita tulis bisa memberi manfaat bagi sesama, teman-teman setuju?

Bagi saya pribadi, tak pernah terpikir saya ingin jadi penulis, tapi detik ini, sudah bulat, sekali lagi saya katakan saya ingin jadi penulis. Titik. Jatah hidup didunia hanya sedikit jadi alangkah baiknya hidup didunia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Perlu upaya yang cerdas agar hidup yang singkat ini jadi bermakna.

2.       Menulis itu untuk menata pikiran.

Ada sebuah cerita yang ingin saya share kepada teman-teman. Ada seorang pemuda yang setiap hari pergi ke kantor, rela meninggalkan anak istri demi mencari nafkah, banting tulang berangkat pagi pulang pagi, begitu seterusnya tiap hari. Kadang dia merasa capek, jenuh tapi gimana lagi emang itu yang harus dilakukan agar keluarganya tercukupi. Dia memiliki seorang sahabat, sebut saja namanya Roy. Mereka saling berbagi cerita setiap saat, berbagi keceriaan dan berbagi kekesalan, dan lucunya mereka kalau lagi istirahat memilih untuk bernyayi bersama untuk menghibur diri lagunya adalah ‘ ku rela pergi pagi pulang pagi hanya untuk mengais rezeki...’ hehehe.. tidak lucu ya?

By the way, saya pernah bekerja di salah satu perusahaan ritail di Indonesia, kerja saya sebagai admin disana. Berangkat pagi pulang petang begitu rutinitas saya sehari-hari, kecuali kalau hari Minggu. Rutinitas yang seperti itu kadang membuat jenuh, kaku. Dan parahnya lagi rutinitas dapat membunuh kreatifitas. Sebaiknya kita tahu bahwa kreatifitas adalah pokok yang bisa membuat kita maju dan berkembang. Bagaimana jadinya jika kreatifitas kita dipatahkan, apa jadinya jika kreatifitas kita di tebas, di tumpas tak berbekas. Bagaimana negara ini bisa maju tanpa adanya kreatifitas? Apa jadinya negara ini tanpa orang yang kreatif dan solutif?

Saya bilang bahwa menulis adalah untuk menata pikiran, maksudnya begini pikiran yang simpang siur, ngelantur tak karuan daripada berseliweran gak jelas mending ditulis aja. Siapa tahu bisa jadi bahan ide. Selanjutnya, dengan menulis, pikiran kita jadi terarah, fokus dan tak gampang pelupa.
Ada beberapa metode dalam menulis yang saya kutip dari bukunya Hernowo,QuantumWriting, beliau menulis beberapa teknik baru menulis buku, teknik-teknik tersebut adalah:

·         Menulis-Mengalir dengan menggunakana metode peta pikiran
·         Menulis-Dinamis dengan menggunakan iringan musik
·         Menulis- Sinergis gaya quantumlearning
·         Menulis –Seperti gaya acceleratedlearning

Teknik-teknis diatas boleh aja bedah tapi tetep satu tujuannya yaitu menata pikiran. Teknik diatas tak seluruhnya saya mengerti, tapi yang penting adalah niat dan kemauan dalam memulai menulis itu yang paling penting. Mau pake gaya menulis apa saja boleh, gaya dinamis, realistis, melankolis apalah itu. Tak perlu dipikir terlalu jauh mending langsung action saja.

Lalu apa manfaat dari pikiran yang tertata bagi kita? Pikiran yang tertata membantu kita untuk berpikir rasional, berpikir kreatif, perlu sekali sebagai manusia untuk berpikir rasional yang kreatif, menggunakan akal sehat agar tidak ngawur bin ngelantur. Kita bisa menggunakan pikiran sebagaimana yang Allah kehendaki, berulang kali Allah menyeruhkan dalam Alquran agar kita para khalifah di bumi menggunakan akal untuk berpikir. Nah bagaimana Anda setuju jika menulis itu bisa menata pikiran? Harus setuju.

3.       Menulis itu berpotensi dikenal orang.

Anda tahu saya? Ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Vidi firanti, lahir di Malang 22 tahun yang lalu dan... dan... tak usah diteruskan kita langsung lanjut aja ya. Saya belum dikenal orang karena saya tak berusaha untuk dikenal orang. Bagaimana orang bisa mengenal saya kalau daya upaya untuk mengenalkan diri tak pernah dilakukan.Hal ini harus diubah, sayapun juga harus berubah, berubah menjadi satria baja hitam hehehe... Semakin banyak orang mengenal Anda semakin banyak sahabat yang mendukung kesuksesan Anda.

Salah satu ungkapan yang pernah saya baca, tapi saya lupa dimana saya membacanya, maklum orang sering lupa, maafkan ya, ungkapannya berbunyi seperti ini “Bacalah jika kamu ingin mengenal dunia, Menulislah jika kamu ingin dikenal dunia”. Kerenkan...

Raditya Dika, siapa Raditya Dika kalau dia bukan penulis kambing jantan. Siapa Dewi lestari (Dee) kalau dia bukan penulis novel supernova dan perahu kertas, siapa Ippho santosa jika dia bukan penulis buku mega bestseller7 keajaiban rezeki? Pasti Anda tak akan mengenal mereka jika mereka tak punya karya. Tapi berhubung mereka mengetahui bagaimana caranya agar orang mengenal mereka lewat menulis ya jadilah mereka tenar dan terkenal. Hehehe...

Tahun 2003 United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke 122 dari 174 negara, pada tahun 2005 pada urutan ke 117 dari 177 negara dari negara-neraga lain dalam kemampuan membaca. Jika dibandingkan negara berkembang lainnya, bahkan di ASEAN sekalipun kemampuan membaca anak-anak Indonesia sangat rendah.

Bagaimana caranya agar minat baca anak-anak meningkat? Bagaimana agar anak-anak suka membaca? Salah satu caranya sebagai penulis harus bisa menyuguhkan buku yang apik dan menarik untuk dibaca anak. Ngomong doang enak ya realisasinya gimana? Tanamkan ke anak-anak bahwa membaca itu penting, membaca itu membuka cakrawala dunia. Membaca dan menulis adalah hal yang tak bisa dipisahkan. Sekalipun penulis, pasti butuh membaca untuk menambah ilmu, benar atau tidak?

Jadi masih nggak mau menulis ni... rugi..

4.       Menulis itu sebagai warisan

Karya-karya tulis,
Akan kekal sepanjang masa,
Sementara penulisnya,
Hancur terkubur di bawah tanah.

Kata-kata diatas saya kutip dari internet, berasal dari buku Kritik Hadis, karya Ali Mustafa Yakub. Jujur, saya belum pernah membaca buku tersebut tapi membaca kutipan diatas benar-benar membuat hati ini gempar, gusar dan bergetar.  Tarik nafas, keluarkan. Kutipan diatas 100% benar.
Siapa yang tidak kenal Chairil Anwar, angkat tangan. Seorang maestro yang dijuluki ‘Si bintang jalang’ dari karyanya yang berjudul Aku. Beliau ini sudah meninggal dunia tapi karyanya masih tetap dikenang dan memberi inspirasi bagi banyak orang. Tak mustahil bahwa karya tulisnya bisa menjadi amal baginya.

Sebelum lanjut, saya ingin mengulas sedikit tentang perbedaan Menulis dan Penulis, ada yang tahu perbedaannya? Tiba- tiba ada yang menceletuk ‘  kalau menulis pake huruf m tapi kalau penulis pake huruf p kak’ hehe ada-ada aja ni  orang.

Menulis itu bisa dilakukan sendiri, dimanapun dan kapanpun, fleksibel. Tapi kalau Penulis itu tidak bisa melakukannya sendiri, karena penulis butuh pembaca, penulis butuh penerbit, penulis harus punya orang yang bisa mengapresiasi karya kita, penulis harus punya kebiasaan menulis kalau perlu harus dijadwal.
Tapi saya ingatkan lagi bahwa yang penting pertama adalah motivasi dan kemauan untuk menulis dahulu. Siap??

Kembali ke topik, sebagai manusia pasti ingin tetap dikenangkan? Pasti ingin jika karya-karya kita bisa menjadi motivasi bagi yang lain, bisa di apresiasi dengan baik. Menulis sebuah buku yang menggugah, mengubah dan membahana, bestseller, tak cukup, megabestseller bahkan super-supermegabestseller? Mau, siapa yang tidak mau...

Semuanya itu butuh proses, proses yang dimulai dengan langkah pertama yang dimanakan niat, selanjutnya dijalankan dengan konsisten, kemudian yang tak boleh terlupa adalah doa, karena apapun yang tak diiringi doa bisa jadi kurang berkah. Setuju?

5.       Menulis itu menyehatkan.

Apa benar sih menulis itu menyehatkan?
Ada seorang psikolog yang bernama Pennebaker, telah menelitih masalah ini selama lima belas tahun, di tahun 1990-an, beliau menulis dalam bukunya yang berjudul OpeningUp: The Healing Power of Expressing Emotions. Sekali lagi Pennebaker menunjukkan kepada kita manfaat menulis seperti tersaji dibawah ini:

·         Menulis dapat menjernihkan pikiran.
Seperti yang saya katakan tadi menulislah jika pikiran Anda lagi kacau siapa tahu bisa jadi bahan ide. Disini konteksnya agak bedah, para ahli hipnotis menyuruh kliennya untuk menulis segala perasaannya dalam kertas, kalau sudah selesai menulis, para ahli akan menyuruh klien untuk merobek kertas tersebut, ini sebagai tanda simbolik untuk membuang perasaan tidak enak yang selama ini terpendam. Ini salah satu upaya untuk menjernihkan pikiran.

·         Menulis dapat mengatasi trauma yang menghalangi penyelesaian tugas-tugas penting.  Ketakutan yang besar yang terus menghantui , biasa disebut trauma bisa membatasi pikiran kita untuk melihat peluang-peluang besar yang ada dihadapan kita. Trauma bisa menjadikan kita kurang fokus sehingga menyedot sebagian besar tenaga kita, hanya untuk hal yang tak penting, sehingga tugas penting lain terlupakan, terabaikan. Maka dari itu menulis bisa membantu memfokuskan pikiran agar tugas-tugas lain bisa terselesaikan dengan baik.

·         Menulis membantu memecahkan masalah
menulis berjalan lebih lambat dari pada pikiran, oleh karena itu jika masalah hanya dipikirkan saja, yang ada malah membuat kita semakin pusing, bahasa Jawanya mumet. Tuliskan masalah Anda, kalau Anda ingin penyelesaian lebih cepat, suruh orang lain baca tulisan Anda, minta dia kasih solusi atas masalah Anda dan lain-lain.

Singkatnya, menulis bisa menjadi jembatan bagi kita untuk mempelajari dan menghadapi dunia. Pada kesempatan yang tepat menulis dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Melakukan kegiatan menulis secara bijaksana mampu memperbaiki kualitas hidup sebagian besar dari kita.

6.       Menulis itu meningkatkan pendapatan.

Di tahun 2008, majalah Adil menulis lima penulis kaya di Indonesia. Andrea Hirata penulis Tetralogi Laskar Pelangi meraup keuntungan 2,5  Milliar, Habiburrahman El-Shirazy penulis novel laris Ayat-Ayat Cinta mendapat penghasilan 1,5 Milliar, Nana Kinoysan, Asma Nadia, dan Helvy Tiana Rosa. Semua ini adalah penulis Indonesia yang membanggakan.
Bagi mereka penulis, menulis sebuah karya yang telah diterbitkan, meraih predikat bestseller sudah cukup membanggakan apalagi disamping itu juga mendapatkan penghasilan hehehe siapa yang tidak mau?

Pendapatan dari menulis itu hanya pointplus, yang paling utama adalah karya itu bisa diterima dan memberi manfaat bagi sesama. Bukan begitu?
Sudah jelas bukan, bahwa salah satu keuntungan menulis itu bisa memperoleh pendapatan, masih tidak mau menulis? Hem... Lanjut ke alasan berikutnya.

7.       Menulis itu tradisi para ulama.

Dr. Yusuf Qardlawy, saya belum kenal beliau tapi saya pernah dengar bahwa beliau itu punya kecepatan menulis yang luar biasa, beberapa karyanya IslamEkstrim, PrioritasGerakanIslam, Fiqih Ikhtilaf, Sabar Didalam Al Quran dan lain-lainnya. Beliau ini orang yang sibuk karena Dakwah yang berskala Internasional, tapi tetap punya waktu untuk menulis, ini sangat luar biasa.

Para ulama salaf seperti telah menjadikan menulis sebagai tradisi ‘keulamaan’ bagi mereka. Nama mereka sampai ke telinga kita, menembus rentang waktu berabad-abad, melewati berbagai dinasti, menerobos jatuh bangunnya umat islam, itu karena karya-karya mereka yang super. Betapa tidak, meski sudah ribuan tahun, karya mereka masih tetap aktual. Sebut saya kitab Ihya Ulumuddinkarya Imam Gozhali, Kitab-kitab Fiqih karya empat Ulama Mazhad, yang masih berjejer di toko-tokoh buku hingga saat ini, keren banget ya.. Karya sepanjang masa, karya sepanjang sejarah.

Dari sedikit ulasan tentang para ulama diatas, yang ingin saya sampaikan, kita dapat meniru kebiasaan/ tradisi para ulama tersebut sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kecintaan Mereka terhadap ilmu, menuangkannya dalam tulisan,sehingga mampu memberikan pencerahan kepada umat dari jaman-ke jaman dan di angkatlah derajat mereka dimata Tuhan (Allah). Sungguh luar biasa.

Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan derajat orang-orang yang berilmu, beberapa derajat.

Kita sebagai manusia yang masih banyak kekurangan disana-sini, apa pantas menulis buku untuk dibaca orang lain? Ah jangan berpikir seperti itu, semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, gak ada yang melarang bagi kita untuk menulis, gak ada wacana yang menuliskan bahwa menulis hanya untuk orang-orang yang sudah sukses, tidak ada.  Kita yang banyak kekurangan ini malah sebaiknya menulis agar kita bisa mengenal diri dengan lebih baik. Dimana yang perlu ditonjolkan, mana yang perlu diubah.


Penulis (saya) masih butuh koreksi disana-sini. Mohon bimbingannya dan semoga bermanfaat.